Setiap orang punya kisahnya masing-masing. Dalam kisahnya, ia harus
berjuang, berdiam dan menunggu pun juga adalah bagian dari perjuangan.
Menunggu. Itulah yang selama ini kulakukan, sebagai wujud dari
perasaanku yang entah mengapa masih ingin memperjuangkanmu.Kamu
menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa
menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan,
dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam,
sehingga aku memilih untuk memendam.
Aku sudah
berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku
untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kaugubris. Kamu di sampingku, tapi
getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kaurasakan. Kamu berada di
dekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu
benar tidak memikirkan aku.
Di mana kamu ketika aku inginkan kamu di sini? Ke mana larinya kamu
ketika aku berjuang untuk satu-satunya mahluk yang kupikir bisa
memberiku kebahagiaan nyata? Seringkali kumaafkan ketidakhadiranmu,
seringkali kumaklumi kesalahanmu, dan selalu kuberikan senyum terbaik
ketika sesungguhnya aku ingin menangis.
Ini semua perjuangaku untuk mempertahanmu, apakah sudah cukup
menghilangkan ketidakpekaanmu? Inilah perjuanganku, yang selama ini
selalu kauabaikan. Apakah hatimu sedikit tersentuh, hingga kauingin
datang dan membawaku pulang?
Aku menulis
ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak
mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun
tak ingin untuk aku perjuangkan. Seandainya kautahu perasaanku dan bisa membaca
keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah—memilihku sebagai
tujuan. Tapi... :')